Pengukuran Antropometri Sebagai Indikator Status Gizi



Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur  beberapa  parameter.  Parameter  adalah  ukuran  tunggal  dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan  atas,  lingkar  kepala,  lingkar  dada,  lingkar  pinggul,  dan  tebal lemak di bawah kulit (Supariasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar, 2002: 38). Pengukuran antropometri memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu mampu menyediakan informasi mengenai riwayat gizi masa lalu, yang tidak dapat diperoleh dengan bukti yang sama melalui metode pengukuran lainnya.Pengukuran ini dapat dilakukan dengan relatif cepat, mudah, dan reliable menggunakan peralatan-peralatan yang portable, tersedianya metode-metode yang terstandardisasi, dan digunakannya peralatan yang terkaliberasi. Untuk membantu dalam menginterpretasi data antropometrik, pengukuran umumnya dinyatakan sebagai suatu indeks, seperti tinggi badan menurut umur.
1)  Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat,  menjadi  tidak  berarti  bila tidak  disertai  dengan  penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan  cermat.  Ketentuannya  adalah  1  tahun  adalah  12  bulan,  1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004: 55-62).

2)  Berat badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka  terhadap  perubahan  yang  mendadak  baik  karena  penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau  melakukan  penilaian  dengam  melihat  perubahan  berat  badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan   perubahan   situasi   gizi   dari   waktu   ke   waktu (Djumadias Abunain, 1990: 39).
3)  Tinggi badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada  masa  balita.  Tinggi  badan  dinyatakan  dalam  bentuk  Indeks TB/U (tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi  badan  yang  lambat  dan  biasanya  hanya  dilakukan  setahun sekali. Keadaanindeks ini pada umumnya  memberikan  gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun (Depkes RI, 2004: 64). Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnyayang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakanindikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M. Khumaidi, 1994: 43). Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10% menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan
4)  Lingkar lengan atas

Lingkar lengan atas dewasa ini memang menjadi salah satu pilihan untuk menentukan penilaian status gizi. Disamping mudah dilakukan,  penilaian  dengan  parameter  ini  menggunakan  alat-alat yang mudah didapatkan dan digunakan. Menurut Supariasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar (2002: 48) bahwa “pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekuarangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur.” Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk mengukur perubahanstatus gizi dalam jangka pendek. Melihat dari pendapat ahli diatas parameter jenis ini kurang maksimal untuk digunakan sebagai pengukuran status gizi secara menyeluruh dan umum.
5)  Lingkar dada

Pengukuran lingkar dada biasanya dilakukan pada anak usia 2 sampai 3 tahun, karena resiko lingkar kepala dan lingkardada sama pada umur 6 bulan (Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar, 2002: 53).

6)  Jaringan lunak


Dalam  pengukuran  status  gizi  menggunakan  jaringan  lunak dapat dilakukan dengan pengukuran otot dan lemak. Otot dan lemak merupakanjaringan lunak yang bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat (Supriasa, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar, 2002: 54).
Load disqus comments

0 komentar